Kerajaan Kutai (Abad IV-XIV Masehi)


 
       Kerajaan kutai merupakkan kerajaan hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini diperkirakan telah berkembang sejak abad IV Masehi. Keberadaan Kerajaan Kutai dapat diketahui dari tujuh buah prasasti Yupa yang ditemukan di Muarakaman, tepi Sungai Mahakam. Nama kutai diambil dari nama daerah ditemukannya ketujuh prasasti tersebut, yaitu didaerah Kutai,Kalimantan Timur. Nama Kutai diberikan karena tidak ada prasasti yang menyebutkan nama asli dari kerajaan yang berpusat di Kalimantan Timur.

   a. Kondisi Geografis
        Kerajaan Kutai diperkirakan terletak di tepi Sungai Mahakam dan berpusat di Muarakaman. Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar di Kalimantan Timur. Sngai ini berhulu di Gunung Cemaru (1.681 m) yang terletak di bagian tengah Pulau Kalimantan dan bermuara di Selat Makassar. Sejak dahulu Sungai Mahakam dimanfaatkan sebagai sumber air untuk perikanan, pertanian, dan sarana transportasi. Ramainya aktivitas masyarakat di tepi Sungai Mahakam ini diduga menjadi faktor penyebab munculnya Kerajaan Kutai. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kutai memiliki wilayah kekuasaan cukup luas, yaitu mencakup hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Wilayah Kutai dapat dilihat pada peta berikut.


    b. Kehidupan Politik
         Raja pertama yang memimpin Kerajaan Kutai adalah Kudungga. Kudungga diduga belum menganut agama Hindu karena nama Kudungga merupakan nama asli Indonesia. Nama ini memiliki kemiripan dengan nama Raja Bugis, yaitu Kadungga. Oleh karena itu, para ahli memperkirakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga, pengaruh agama hindu belum kuat.
         Pada awalnya Kudungga adalah seorang kepala suku. Akan tetapi, setelah pengaruh Hindu masuk di Indonesia dan sistem pemerintahan kesukuan berubah menjadi kerajaan, Kudungga mendeklarasikan dirinya sebagai raja. Selain itu, Kudungga memutuskan bahwa pergantian kekuasaan di Kutai harus dilakukan secara turun-temurumn sebagaimana sistem kerajaan pada umumnya. Setelah Kudungga wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Aswawarman.
         Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Dalam prasasti Yupa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman atau dewa matahari. Aswawarman dipandang sebagai wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Aswawarman  memiliki peranan besar atas perluasan wilayah kekuasaan kerajaan kutai. Perluasaan wilayah dilakukan dengan cara mengadakan upacara Aswamedha, yaiitu upacara pelepasan kuda untuk menentukan batas wilayah kerajaan. Kuda-kuda yang dilepaskan  akan diikuti oleh prajurit kerajaan yang akan menentukan batas wilayah kerajaan berdasarkan sejauh mana jejak telapak kaki kuda ditemukan. Pada masa pemerintahan Aswawarman wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur.
       Kedudukan Aswawarman digantikan oleh Mulawarman. Mullawarman merupakan raja terbesar Kerajaan Kutai. Pada masa pemerintahan Mulawarman. Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaan. Mulawarman merupakan penganut hindu yang taat. Ia pernah mengadakan korban 20.000 ekor lembu untuk para brahmana di tanah suci Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja Dewa Syiwa. Kebaikan Raja Mulawarman tersebut diperingati oleh para brahmana dengan mendirikan sebuah Yupa.

    c. Kehidupan Ekonomi
          Perekonomian Kerajaan Kutai menggantungkan pada keberadaan Sungai Mahakam. Perekonomian Kerajaan Kutai terletak pada sektor perdagangan, pertanian, dan pertenakan. Komoditas Kerajaan Kutai berasal dari hasil hutan seperti getah kayu meranti, damar, gaharu, rotan, batu permata, dan bulu-bulu burung yang indah. Komoditas tersebut diperdagangkan ke luar Kerajaan Kutai melalui pelayaran di sepanjang Sungai Mahakam. Keberadaan 20.000 ekor lembu yang dipersembahkan oleh Raja Mullawarman kepada para brahmana telah menunjukkan adanya usaha pertenakan oleh rakyat Kutai.

    d. Kehidupan Agama
             Pada masa pemerintah Aswawarman agama Hindu di Kerajaan Kutai mulai berkembang pesat. Agama Hindu yang berkembang di Kerajaan Kutai adalah Hindu Syiwa. Penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa sebagai dewa tertinggi. Dewa Syiwa diyakini sebagai simbol Brahmana (Tuhan) yang memiliki kekuatan melebur alam semesta. Bukti perkembangan agama Hindu Syiwa di Kerajaan Kutai ,yaitu dengan adanya tempat suci bernama waprakeswara (tempat untuk menyembah Dewa Syiwa).
            Di Kerajaan Kutai, agama Hindu Syiwa berkembang menjadi agama resmi kerajaan. Agama tersebut hanya berkembang di lingkungan istana. Sebagian besar rakyat Kutai masih menjalankan kebudayaan asli yang bertumpu pada kepercayaan kaharingan. Kaharingan adalah kepercayaan tradisional suku Dayak di Kalimantan. Kepercayaan kaharingan memiliki persamaan dengan agama Hindu salah satunya adalah penggunaan sesajen dalam setiap ritual keagamaan. Penganut kaharingan juga mengenal upacara pembakaran mayat seperti upacara Ngaben dalam agama Hindu di Bali. Oleh karena persamaan tersebut, sejak tanggall 20 April 1980 kepercayaan kaharingan dikategorikan sebagai aliran agama Hindu.

    e. Kondisi Sosial Budaya
            Penganut Hindu di Kerajaan Kutai mulai menerapkan sistem kasta dalamkehidupan sosial. Akan tetapi, sistem kasta yang diterapkan di Kutai tidak seketat  di India. Masyarakat India mengenal empat golongan dalam sistem kasta, yaitu brahmana, kesatria, waisya, dan sudra. Sementara itu, masyarakat Kutai hanya mengenal dua kasta, yaitu brahmana dan kesatria.
            Kebudayaan Hindu di Kerajaan Kutai telah mengalami proses akultrasi dengan kebudayaan lokal. Akulturasi ini terlihat dari keberadaan Yupa pada setiap upacara kurban. Yupa adalah tugu batu yang digunakan unttuk mengikat hewan kurban. Yupa merupakan wujud akultrasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan megalitikum berbentuk Menhir. Menhir biasa digunakan sebagai sarana pemujaan roh nenek moyang. Sementara itu, pengaruh Hindu terlihat pada penggunaan Yupa sebagai salah satu penunjang kegiatan keagamaan.
Yupa peninggalan Kerajaan Kutai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perencanaan Usaha Budidaya Tanaman Pangan

Karya Seni Musik Tradisional

Pencak Silat